Kamis, 06 Mei 2010

Mengingatkan Kembali ; Antara Akidah dan Khilafah

Harus diakui, bahwa sebagai pondasi, akidah menduduki posisi yang sangat penting dan strategis bagi kehidupan seseorang. Bagi umat Islam, akidah Islam merupakan landasan kehidupan; baik kehidupan individu, masyarakat maupun negara. Akidah Islam juga merupakan sumber kebangkitan umat Islam serta penentu maju dan mundurnya umat ini. Ini terlihat dengan jelas pada kebangkitan bangsa Arab. Bangsa yang sebelumnya tidak mempunyai sejarah, dan tidak pernah diperhitungkan oleh dunia, tiba-tiba muncul ke pentas sejarah sebagai adidaya di dunia, yang disegani oleh kawan dan lawan. Semua ini terjadi setelah bangsa ini memeluk Islam sebagai akidah dan syariat mereka. Demikian sebaliknya dengan saat ini, setelah akidah Islam itu tidak lagi dijadikan landasan kehidupan, baik kehidupan individu, masyarakat maupun negara, serta tidak lagi sebagai sumber kebangkitan mereka, maka bangsa ini akhirnya kembali hina dan dinistakan oleh musuh-musuh mereka, kaum kafir imperialis.

Allah SWT. berfirman:



]أَفَمَنْ أَسَّسَ بُنْيَانَهُ عَلَى تَقْوَى مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٍ خَيْرٌ أَمْ مَنْ أَسَّسَ بُنْيَانَهُ عَلَى شَفَا جُرُفٍ هَارٍ فَانْهَارَ بِهِ فِي نَارِ جَهَنَّمَ[

Apakah orang-orang yang mendirikan bangunan (masjid)-nya di atas dasar ketakwaan kepada Allah dan keridhaan-Nya itu yang baik ataukah orang-orang yang mendirikan bangunannya di tepi jurang yang runtuh, lalu bangunannya itu jatuh bersama-sama dengan dia ke dalam neraka Jahannam? (QS at-Taubah [9]: 109).



Konteks ayat ini memang berkaitan dengan bangunan masjid, tetapi bangunan masjid di sini ada yang merupakan produk ketakwaan kepada Allah dan keridhaan-Nya, dan ada yang tidak. Allah menyatakan, bahwa produk yang dihasilkan dengan landasan takwa dan keridhaan-Nya adalah produk yang kokoh, demikian sebaliknya. Ini artinya, jika bangunan fisik saja dilandasi oleh akidah—yang dinyatakan sebagai faktor ketakwaan dan keridhaan-Nya—akan menjadi bangunan yang kokoh, lalu bagaimana dengan bangunan non-fisik yang jauh lebih kompleks ketimbang bangunan fisik? Karena itu, ayat ini juga membuktikan, bahwa akidah Islam ini merupakan pondasi kehidupan, baik kehidupan individu, masyarakat maupun negara, sekaligus merupakan sumber kebangkitan, yang akan menentukan kualitas umat ini.

Persoalannya, akidah seperti apa yang akan mampu mengembalikan kehidupan dan kebangkitan umat ini?

Umat Islam adalah kumpulan manusia yang diikat oleh satu akidah, yakni akidah Islam. Akidah inilah yang telah berhasil menyatukan suku Aus dan Khazraj, yang sebelumnya dilanda perang saudara yang tak kunjung henti. (Lihat: QS Ali Imran [3]: 103).

Akan tetapi, sejarah juga membuktikan bahwa perkembangan mazhab akidah Islam justru menyebabkan Khilafah Abbasiyah berdarah-darah. Pemicunya adalah perbedaan mazhab; Muktazilah versus Ahlussunnah, atau Syiah versus Sunni.[1] Karena itu, akidah Islam yang mana? Dengan tegas bisa dikatakan, bahwa akidah Islam yang bisa menyatukan dan membangkitkan kembali umat ini adalah akidah al-Quran, bukan akidah mazhab, meskipun akidah mazhab ini—sepanjang dibangun berdasarkan dalil syar‘i—masih menjadi bagian dari akidah Islam. Akidah al-Quran ini juga bukan akidah kalam, atau kefilsafatan,[2] tetapi akidah yang unik, dengan metodenya yang khas.[3]

Saat ini, umat Islam masih berakidah Islam, sekalipun akidahnya merupakan akidah mazhab, kalam, dan kefilsafatan. Sebab, setiap Muslim—yang menjadi bagian dari umat ini—siang dan malam masih menyatakan: Lâ Ilâha illâ Allâh Muhammad Rasûlullâh. Namun demikian, akidah umat Islam saat ini telah kehilangan tiga hal:

1. Kehilangan ikatan dengan pemikiran, kehidupan, dan sistem hukum yang mengatur kehidupannya.

2. Kehilangan konsepsi tentang apa yang akan datang setelah kehidupan (Hari Kiamat dan Hisab).

3. Kehilangan tali ikatan antarsesama Muslim sebagai sebuah komunitas, atau ukhuwah Islamiyah.[4]



Akibatnya, akidah Islam umat ini seperti mayat, karena telah dipisahkan dari pemikirannya. Akidah umat ini juga tidak lagi mampu menggentarkan mereka akan azab Allah di akhirat serta kerinduan untuk mendapatkan surga-Nya. Terakhir, umat ini telah terbelah dan bercerai-berai menjadi bangsa dan negara, lebih dari 50 entitas politik yang tak berdaya, akibat dari hilangnya tali ikatan, yang mengikat antarsesama Muslim.



Khilafah Menjaga Kemurnian Akidah Islam

Akidah Islam adalah akidah amal; akidah yang mendorong setiap pemeluknya untuk beramal salih. Karena itu, ayat al-Quran selalu menghubungan antara keimanan dengan amal salih, tidak kurang dari 50 ayat. Istilah îmân di dalam ayat-ayat tersebut, menurut Imam Akbar Mahmud Syaltut, adalah akidah, sedangkan amal shâlih adalah syariat (hukum). Dengan kata lain, akidah adalah persoalan hati, sedangkan syariat adalah persoalan fisik; keduanya tidak dapat dipisahkan. Akidah tanpa amal tidak pernah tampak; ibarat bangunan, ada pondasi, tetapi pondasi tersebut tertimbun tanah sehingga tidak tampak. Baru tampak, jika di atas pondasi tersebut ada bangunan. Bangunan di atas pondasi itu adalah syariatnya. Demikian sebaliknya, syariat tanpa pondasi, atau akidah, akan menyebabkan bangunan tersebut rapuh, dan akhirnya dengan mudah akan runtuh.

Karena itu, Allah pun harus menguji setiap orang Mukmin dengan amalnya sehingga layak menyandang predikat Mukmin yang sejati:

]أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا ءَامَنَّا وَهُمْ لاَ يُفْتَنُونَ[

Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, “Kami telah beriman,” sedangkan mereka tidak diuji lagi? (QS al-Ankabut [29]: 2).



Dengan konsepsi tersebut, akidah Islam telah berhasil menjadikan pemeluknya jauh lebih kuat dan tegar dalam mengarungi kehidupan sehingga mampu melahirkan para pejuang penakluk dunia, menyebarkan hidayah hampir di 2/3 belahan dunia, setelah mereka mewarisi negara adidaya yang ditinggalkan oleh Rasul, yaitu Khilafah 'alâ Minhâj an-Nubuwwah. Kini, setelah Khilafah yang diwariskan oleh Rasul itu dihancurkan oleh konspirasi kaum Yahudi Dunamah, Inggris dan Prancis, maka umat Islam tidak lagi mewarisi kemuliaan seperti generasi terdahulu.

Karena itu, kewajiban menegakkan Khilafah yang merupakan perkara ma‘lûm[un] min ad-dîn bi ad-dharûrah—dalam rangka mengembalikan kemuliaan Islam dan kaum Muslim—merupakan manifestasi dari akidah Islam, akidah perjuangan itu. Dengan Khilafahlah, umat ini akan bisa menjalankan seluruh perintah dan larangan yang dituntut oleh akidah Islam dengan sempurna. Dengan Khilafahlah, akidah Islam ini bisa dijaga dan dipertahankan kemurniannya.

Karena itu pula, siapa saja yang hendak menjaga kemurniaan akidah Islam, sebagaimana akidah al-Quran, tidak akan pernah berhasil meraih tujuannya tanpa berjuang menegakkan Khilafah. Jadi, mana yang lebih dulu, menegakkan Khilafah atau mengembalikan akidah? Jawabnya, tentu akidah. Akan tetapi, tidak berhenti di situ, karena akidah Islam ini harus disatukan dengan pemikiran, ikatan, dan konsepsi futuristik keakhiratan sehingga akan menghasilkan generasi pejuang. Perjuangan generasi tersebut saat ini yang paling urgen adalah menegakkan Khilafah Islam. Itulah yang menjadi problematika utama umat ini.

Walhasil, mereka yang mengklaim akidahnya sahih, tetapi tidak terdorong untuk berjuang ke sana, sesungguhnya mengindikasikan akidahnya bak mayat, dan tentu harus dipertanyakan; sahihkan akidah Anda? Wallâhu a‘lam! [HAR]



[1] Lebih jauh, lihat: Mohammad Maghfur W, MA., Koreksi atas Kesalahan Pemikiran Kalam dan Filsafat Islam, Penerbit al-Izzah, Bangil, cet. I, 2002.

[2] Pembahasan lebih jauh tentang kesalahan metode kalam dan filsafat dalam membangun akidah Islam, lihat: as-Syaikh Taqiyuddîn an-Nabhâni, as-Syakhshiyyah al-Islâmiyyah, Min Mansyûrat Hizb at-Tahrîr, cet. VI, 2003, I/57-65 dan 125-129.

[3] Pembahasan lebih jauh tentang karakteristik akidah Islam, yang merupakan akidah al-Quran, serta bagaimana metode membangunnya, lihat: as-Syaikh Taqiyuddîn an-Nabhâni, Ibid, hlm. 29-48.

[4] Lihat: Seruan Hizbut Tahrir kepada Kaum Muslim, Pustaka Thariqul Izzah, Bogor, cet. I, 2003, hlm. 126-127.


Publikasi: Majalah Al-Waie No. 49 (9/1/2004)

Perlakuan Terhadap Yahudi dalam Masa Khilafah Usmani di Abad ke-19

Sebuah tim dikirim Departemen Luar Negeri AS tahun 1877 untuk menilai perlakuan terhadap orang-orang Yahudi dalam Masa Khilafah Usmani. Temuan mereka bahwa orang-orang Yahudi itu diperlakukan dengan sangat baik dan tidak dianiaya digambarkan dalam sebuah artikel berita di bawah ini yang diterbitkan pada hari Rabu tanggal 23 Agustus 1877 oleh the New York Times.

“Menteri Amerika Serikat mengatakan bahwa keadilan yang diberikan Turki memaksanya untuk mengakui bahwa orang-orang Israel diperlakukan lebih baik oleh Khilafah Usmani daripada oleh banyak kekuatan Barat dan sehingga memberi kesan bahwa mereka diperlakukan lebih baik oleh Imperium itu dibandingkan perlakukan oleh orang-orang Kristen.”

ORANG-ORANG ISRAEL DI TURKI.STATISTIK YANG DIPEROLEH DARI MENTRI AMERIKA SERIKAT.TERDAPAT 500.000 ORANG IBRANI DI IMPERIUM USMANI.MEREKA DIPERLAKUKAN DENGAN LEBIH BAIK OLEH ORANG-ORANG TURKI DARIPADA PERLAKUAN YANG DIBERIKAN OLEH ORANG-ORANG KRISTEN.PERLINDUNGAN OLEH PARA PEJABAT AMERIKA DIPERPANJANG.

WASHINGTON, 22 Agustus. Suatu delegasi yang dikirim Departemen Luar Negeri Menteri Amerika Serikat ke
Turki memberikan rincian menarik tentang jumlah, status, dan penganiayaan atas orang-orang Israel pada Imperium Ottoman. Jumlah orang-orang Israel yang ada di Kekaisaran itu adalah 500.000 orang. Dari jumlah ini, orang Israel Rumania sebanyak 250.000 orang, Israel Asia Turki 80.000 orang, Israel Eropa Turki
75.000 orang. Israel Serbia 2.000 orang.. Menteri Amerika Serikat mengatakan bahwa keadilan di Turki memaksanya untuk mengakui bahwa orang-orang Israel diperlakukan lebih baik oleh Imperium Ottoman daripada oleh banyak kekuatan Barat dan yang memberikan kesan bahwa mereka mendapat perlakuan lebih baik di Imperium itu dibandingkan perlakuan dari orang-orang Kristen. Mereka diakui sebagai komunitas keagamaan independen yang memiliki hak-hak istimewa dengan aturan keagamaan mereka sendiri, dengan memiliki Kepala Rabi di Turki, yang disebut Chacham Bashi, dan sebagai akibat dari fungsinya itu, memiliki pengaruh yang besar.

Menteri Luar Negeri Turki melakukan protes kepada Maynard dimana ketika dalam zaman pemerintahan Turki orang-orang Israel selalu menikmati setiap hak istimewa dan kekebalan yang diberikan oleh undang-undang Usmani. Penganiayaan terhadap orang-orang Israel yang menjadi perhatian Kedutaan Amerika Serikat di Konstantinopel selama kunjungan resmi Maynard, hanyalah terhadap Rabi Sneersohn, seorang warga negara Amerika. Pada tanggal 28 November 1874, Rabi itu diserang oleh sejawat seagamanya, orang-orang Yahudi di Tiberias, dengan merampok uangnya dalam jumlah besar, dan yang paling memalukan adalah karena dia dipenjarakan, dilempari batu, ditelanjangi, dan dalam kondisi compang-camping itu dia melalui jalan-jalan Tiberias, dan nyaris tewas. Konsul Amerika Serikat di Beyrout kemudian pergi ke Tiberias dan menangkap para pelakunya.
Sebagian pelakunya itu mendapatkan perlindungan Inggris, dan kemudian lolos dari negara itu dengan terbang ke luar negeri. Teman-temannya yang lain berkumpul, menyergap pihak berwenang, dan kemudian menyelamatkan mereka. Kedutaan AS di Konstantinopel kemudian mengambil alih masalah itu, dan kemudian didorong-secepat mungkin kedalam situasi- yakni ketika Rabi sang korban itu, yang pasti sangat lelah dan menjadi miskin, pergi ke Perancis dan karena ketidakhadirannya itu tidak dapat dilakukan tindakan lebih lanjut.

Posisi yang dipegang oleh orang-orang Israel Imperium itu, karena kompleksnya sistem dan situasi, dan adanya heterogenitas ras, kondisi peradaban dan adanya permusuhan agama, kewenangan kecil yang dilakukan oleh Pemerintah Ottoman atas provinsi-provinsi bahkan pada saat biasa, (memprotes pernyataan
bahwa negara itu seharusnya tidak dianggap bertanggung jawab atas pelanggaran-pelanggaran di provinsi-provinsi itu,) membuat sulitnya solusi atas seluruh masalah, bahkannya sulitnya penjelasan. Sebagian orang-orang Israel itu mengklaim berada di bawah perlindungan Inggris, sebagian yang lain mengatakan
berada di bawah perlindungan Rusia. Banyak juga dari mereka yang menganggap mereka adalah orang-orang yang merdeka, yang tidak perlu kesetiaan kepada Pemerintah manapun, dan hanya ketika mereka dianiaya atau merasa marahlah maka mereka mencari perlindungan dari setiap orang yang memiliki kekuasaan. Sementara semua pemerintahan, terutama Pemerintah Amerika Serikat, adalah yang paling ingin memberikan simpati dan perlindungan, memberikan pertanyaan-pertanyaan internasional dan kesamaan dimata hukum
menjadi terganggu dan mencegah perlindungan penuh atas mereka seandainya mereka adalah warga tetap dari Pemerintah manapun.

Menteri Amerika Serikat di Konstantinopel telah meminta petugas konsuler dari pemerintahannya, melalui Imperium Usmani, untuk mengamati dengan seksama kondisi orang-orang Israel dalam sebagian yurisdiksi mereka, dan melaporkan kepada kedutaannya di Konstantinopel tanpa penundaan kasus-kasus penganiayaan atas orang-orang itu yang mungkin terjadi. (khilafah.com, 5/4/2010)

DUNIA MENGAKUI SISTEM KHILAFAH

1. Menjamin keamanan dunia

Para Khalifah telah memberikan keamanan kepada manusia hingga batas yang luar biasa besarnya bagi kehidupan dan usaha keras mereka. Para Khalifah itu juga telah menyediakan pelbagai peluang bagi sesiapapun yang memerlukannya dan memberikan kesejahteraan selama berabad-abad dalam keluasan wilayah yang belum pernah tercatat lagi fenomena seperti itu setelah masa mereka.

Kegigihan dan kerja keras mereka menjadikan pendidikan menyebar luas sehingga pelbagai ilmu, sastera, falsafah dan seni mengalami kejayaan luar biasa; yang menjadikan Asia Barat sebagai bahagian dunia yang paling maju peradabannya selama lima abad. [Will Durant - The Story of Civilization].

2. Menyatukan umat manusia

Agama Islam telah menguasai hati ratusan bangsa di negeri-negeri yang terbentang mulai dari China, Indonesia, India hingga Parsi, Syam, Jazirah Arab, Mesir bahkan hingga Morocco dan Sepanyol. Islam telah memiliki cita-cita mereka, menguasai akhlaknya, membentuk kehidupannya, dan membanggkitkan harapan di tengah-tengah mereka, yang meringankan urusan kehidupan maupun kesusahan mereka.

Islam telah mewujudkan kejayaan dan kemuliaan bagi mereka sehingga jumlah orang yang memeluknya dan berpegang teguh padanya pada saat ini [1926] sekitar 350 juta jiwa. Agama Islam telah menyatukan mereka dan melunakkan hatinya walaupun ada perbezaan pendapat maupun latar belakang politik di antara mereka. [Will Durant - The Story of Civilization].

3. Menciptakan kemajuan ekonomi

Pada masa pemerintahan Abdurrahman III diperoleh pendapatan sebesar 12,045,000 dinar emas. Diduga kuat bahawa jumlah tersebut melebihi pendapatan pemerintahan negeri-negeri Masihi Latin jika digabungkan kesemuanya. Sumber pendapatan yang besar tersebut bukan berasal dari cukai yang tinggi, melainkan salah satu pengaruh dari pemerintahan yang baik serta kemajuan pertanian, industri, dan pesatnya aktiviti perdagangan. [Will Durant - The Story of Civilization].

4. Menjamin kesehatan masyarakat

Islam telah menjamin seluruh dunia dalam mempersiapkan pelbagai rumah sakit yang layak sekaligus memenuhi keperluan rakyatnya. Contohnya adalah al-Bimarustan yang dibangun oleh Nuruddin di Damaskus tahun 1160, telah bertahan selama tiga abad dalam merawat orang-orang sakit tanpa bayaran dan menyediakan ubat-ubatan secara percuma. Para sejarahwan berkata bahawa cahayanya tetap bersinar tidak pernah padam selama 267 tahun. [Will Durant - The Story of Civilization].

Wallahu a'la wa a'lam wa ilayhilmashir..

Kepada Yang Patah Semangat di dunia Dakwah

Kepada teman-teman seperjuangan yang telah mengorbankan harta, waktu, bahkan jiwa untuk memperjuangkan Islam, tidak ada makhluk saat ini yang lebih mulia dari kalian. Kebaikan dan usaha kalian yang tanpa pamrih terus menapaki jalan dakwah ini lebih baik dibandingkan engkau menyumbang emas sebanyak apapun. Jalan yang engkau tapaki saat ini lebih baik dari dunia dan sesisinya, sungguh jika orang-orang tahu betapa tingginya keutamaan memperjuangkan tegaknya Islam, tentu mereka semua akan ikut memperjuangkannya meskipun harus mengorbankan harta, waktu bahkan jiwa mereka.

Sosok seperti kalianlah yang dibutuhkan umat ini. Mental-mental seperti kalian-lah yang sangat dirindukan oleh umat ini. Lihatlah para sahabat Nabi, mereka rela mengorbankan apa saja yang melekat pada diri mereka, harta tak terhitung jumlahnya, bahkan jiwanya untuk menegakkan Agama ini. Maka orang-orang seperti kalianlah yang menjadi tumpuan dari perjuangan ini.

Meskipun lebih dari 50 tahun kalian terus berjuang mati-matian dan tak kunjung tercapai cita-cita kalian. Namun hingga detik ini kalian terus-menerus mendakwahkan, menyadarkan pada kaum muslimin agar mereka kembali pada Islam secara kaffah. Tidak pernah terbesit sedikitpun dari diri kalian untuk hengkang dari perjuangan ini, dimana pun kalian berada, pastilah kalian akan mengajak kaum muslimin untuk kembali pada islam secara kaffah.

Meskipun lebih dari 50 tahun kalian menerikakkan “tegakkan khilafah”, namun tak satu pun penguasa “muslim” mendengarnya. Bahkan dibeberapa negara diktator kalian dianggap seperti pemberontak, lalu disiksa di penjara terburuk, dan berakhir sebagai syuhada’, namun gerakan kalian tak akan pernah mati. Lihatlah, betapa mulianya kalian!

Disaat kaum muda muslim larut dalam “tidur” panjang mereka, kalian tetap terjaga dan terus gigih untuk membangunkan singa-singa yang tertidur itu. Disaat kaum muda muslim asyik mengurusi hal-hal sepele seperti pacaran, foya-foya, dan keduniaanyang tidak bermanfaat lainnya, kalian tetap melepaskan diri dari semua hal itu dan mengambil jalan yang mulia. Lihatlah, betapa mulianya jalan yang telah kalian ambil!

Juga disaat kaum muslimah larut dalam mode, pacaran, dan mengurusi hal-hal sepele, kalian tetap istiqamah untuk terus mengamalkan syariat islam. Kalian memakai hijab disaat kaum muslimin meninggalkannya, kalian tetap menjaga jarak dengan lawan jenis disaat sistem negara tidak membatasi hubungan ini! Bukankah kalian, wahai kaum muslimah yang ikut berjuang menegakkan Islam adalah wanita-wanita yang luar biasa?!

Dengan kemuliaan yang luar biasa yang engkau miliki masihkah engkau merasa minder dengan titel “ikhwan” dan “Akhwat” yang engkau sandang? masihkah engkau suka berkeluh kesah ketika yang mengikuti dakwah hanya sedikit? Masihkah engkau merasa diri kalian melakuan hal yang sia-sia?

Sungguh yang engkau inginkan hanyalah ridha Allah, engkau tidak menginginkan apapun kecuali itu. Meskipun sepuluh tahun lagi khilafah tak kunjung tegak, atau lima puluh tahun lagi, atau 100 tahun lagi, atau bahkan sampai engkau wafat khilafah tak kunjung juga tegak, maka engkau tidak bisa disebut gagal. Karena seorang tidak disebut gagal karena telah berusaha, tapi disebut gagal jika berhenti berusaha. Toh engkau telah melibatkan diri dalam memperjuangkan tegaknya hukum-hukum Allah, maka itu sudah cukup bagimu. Bukankah Allah hanya menguji kita saja, bukankah DIA hanya ingin melihat siapa yang beriman dan siapa yang kufur, siapa yang berjuang dan siapa yang berdiam?

Tegaknya khilafah dan kembalinya kehidupan islam memang cita-cita yang sangat engkau perjuangkan dan sangat engkau elu-elukan. Tapi bukankah yang bisa mewujudkan hal itu hanyalah Allah sendiri? Bukankah itu sudah janji Allah? Sekali lagi engkau hanya berjuang, dan perjuanagn yang engkau persembahkan kepada Allah itu sudah cukup untuk membuktikan bahwa nengkau adalah orang yang senantiasa berada pada jalan kebenaran. Ketika engkau dihisab kelak, bukankah engkau telah mempunyai hujjah pada Allah, dan bisa mengatakan pada Allah “saya telah memperjuangakannya dan ENGKAU-lah yang mampu mewujudkan”.

Wahai para pejuang Islam! Tetaplah kalian pada jalan yang sangat mulia ini, jangan pernah putus asa untuk terus mendakwahi kaum muslimin. Setiap orang yang engkau dakwahi, baikkah dia, burukkah dia, semuanya mempunyai potensi untuk ikut berjuang dalam dakwah ini. Mungkin tidak hari ini, mungkin besok, minggu depan, atau bulan depan, atau tahun depan, mungkin juga 10 tahun kedepan, namun kita tidak boleh berhenti untuk terus mendakwahi mereka. Bukankah kita hanya orang yang mendakwahi? Dan bukanlah kita yang memberi hidayah!

Wahai para pejuang Islam! Kalian adalah orang-orang yang seharusnya paling baik perangainya, paling santun dan lemah lembut kepada sesama muslim, dan paling baik ibadahnya. Janganlah engkau mengira bahwa engkau hanya cukup mengerjakan yang wajib-wajib saja lalu engkau tinggalkan ibadah sunnah lalu engkau merasa itu cukup. Lihatlah para pejuang islam di masa lalu. siapakah mereka? Mereka adalah orang yang tidak pernah absen dalam shalat jama’ah kecuali udzur, selalu mengerjakan tahajud di setiap akhir sepertiga malamnya, berpuasa senin-kamis, berusaha menghapal dan mempelajari Qur’an, dan mereka adalah orang-orang yang sangat merasa lemah hingga meneteskan air mata ketika berzikir dihadapan-Nya. Itulah potret dari pejuang muslim yang perlu engkau tiru!

Ya Allah, jadikanlah para pejuang Agama-Mu ini menjadi orang-orang yang engkau ridhai. Ampunilah kesalahan-kesalahan mereka, dan bimbinglah mereka agar bisa mewujudkan cita-cita mereka, yaitu tegaknya hukum- Mu. Ya Allah hanya ENGKAU lah yang mampu mewujudkan cita-cita mereka. Namun mereka hanyalah orang-orang yang ingin berjuang dijalan-Mu, karena memang ENGKAU hanya ingin menguji. Ya Allah, istiqamahkanlah hati mereka untuk terus berada di jalan ini, dan berikanlah kepada mereka para ahlul quwwah yang akan membantu dakwah ini. Amin...

Hikmah Doa Penjual Tempe

Ada sebuah kampung di pedalaman Tanah Jawa. Disitu ada seorang perempuan tua yang sangat kuat beribadat. Pekerjaannya ialah membuat tempe dan menjualnya di pasar setiap hari. Ia merupakan satu-satunya sumber pendapatannya untuk menyambung hidup. Tempe yang dijualnya merupakan tempe yang dibuatnya sendiri.Pada suatu pagi, seperti biasa, ketika beliau sedang bersiap-siap untuk pergi menjual tempenya, tiba tiba dia tersadar yang tempenya yang diperbuat dari kacang kedelai hari itu baru separuh jadi. Diperiksanya beberapa bungkusan yang lain. Ternyatalah semuanya belum jadi.Perempuan tua itu berasa amat sedih sebab tempe separuh jadi pasti tidak akan laku dan tiadalah rezekinya pada hari itu. Dalam suasana hatinya yang sedih, dia yang memang kuat beribadah teringat akan firman Allah yang menyatakan bahawa Allah dapat melakukan perkara-perkara ajaib,bahwa bagiNya tiada yang mustahil. Lalu diapun mengangkat kedua tangannya sambil berdoa , “Ya Allah , aku memohon kepadaMu agar kacang kedelai ini menjadi tempe. Amin”Begitulah doa ringkas yang dipanjatkan dengan sepenuh hatinya. Dia sangat yakin bahawa Allah pasti mengabulkan doanya. Dengan tenang perempuan tua itu menekan-nekan bungkusan bakal tempe dengan ujung jarinya dan dia pun membuka sikit bungkusan itu untuk menyaksikan keajaiban kacang kedelai itu menjadi tempe. Namun, dia termenung seketika sebab kacang tu masih tetap kacang kedelai.Namun dia tidak putus asa, sebaliknya berfikir mungkin doanya kurang jelas didengar oleh Allah. Maka dia pun mengangkat kedua tangannya semula dan berdoa lagi. “Ya Allah, aku tahu bahawa tiada yang mustahil bagiMu. Bantulah aku supaya hari ini aku dapat menjual tempe karena inilah mata pencarianku. Aku mohon agar jadikanlah kacang kedelaiku ini menjadi tempe, Amin”.Dengan penuh harapan dan debaran dia pun sekali lagi membuka sedikit bungkusan tu. Apakah yang terjadi? Dia termangu dan heran karena tempenya masih tetap begitu!! Sementara itu hari pun semakin meninggi sudah tentu pasar sudah mula didatangi orang ramai. Dia tetap tidak kecewa atas doanya yang belum terkabul. Walau bagaimanapun kerana keyakinannya yg sangat tinggi dia berenca untuk tetap pergi ke pasar membawa barang jualannya itu. Perempuan tua itu pun berserah pada Tuhan dan meneruskan bepergian ke pasar sambil berdoa dengan harapan apabila sampai di pasar kesemua tempenya akan jadi.Dia berfikir mungkin keajaiban Allah akan terjadi dalam perjalanannya ke pasar. Sebelum keluar dari rumah, dia sempat mengangkat kedua tangannya untuk berdoa. “Ya Allah, aku percaya, Engkau akan mengabulkan doaku. Sementara aku berjalan menuju ke pasar, Engkau kurniakanlah keajaiban ini buatku, jadikanlah tempe ini. Amin”. Lalu dia pun berangkat. Di sepanjang perjalanan dia tetap tidak lupa membaca doa di dalam hatinya. Sesampai di pasar, segera dia meletakkan barang-barangnya. Hatinya betul-betul yakin yang tempenya sekarang mesti sudah jadi. Dengan hati yg berdebar-debar dia pun membuka bakulnya dan menekan-nekan dengan jarinya setiap bungkusan tempe yang ada.Perlahan-lahan dia membuka sedikit daun pembungkusnya dan melihat isinya. Apa yang terjadi? Tempenya masih setengah jadi!! Dia lalu menarik nafas dalam-dalam. Dalam hatinya sudah mula merasa sedikit kecewa dan putus asa kepada Allah karena doanya tidak dikabulkan. Dia berasakan Tuhan tidak adil. Tuhan tidak kasihan padanya, inilah satu-satunya puncak rezekinya, hasil jualan tempe. Dia akhirnya cuma duduk sahaja tanpa memamerkan barang jualannya sebab dia berasakan bahwa tiada orang yang akan membeli tempe yang baru separuh menjadi. Sementara itu hari pun semakin petang dan pasar sudah mulai sepi, para pembeli sudah mula kurang.
Dia meninjau-ninjau kawan-kawan sesama penjual tempe, tempe mereka sudah hampir habis. Dia tertunduk lesu seperti tidak sanggup menghadapi kenyataan bahawa hari ini tiada hasil jualan yang boleh dibawa pulang. Namun jauh di sudut hatinya masih menaruh harapan terakhir kepada Allah, pasti Allah akan menolongnya. Walaupun dia tahu bahawa pada hari itu dia tidak akan dapat pendapatan langsung, namun dia tetap berdoa buat kali terakhir, “Ya Allah,berikanlah penyelesaian terbaik terhadap tempeku yang setengah ini.”
Tiba-tiba dia dikejutkan dengan teguran seorang wanita. “Maaf ya, saya ingin bertanya, Apakah Ibu menjual tempe yang belum menjadi? Dari tadi saya sudah pusing keliling pasar ini untuk mencarinya tapi masih belum menemukannya.” Dia termenung dan terkejut seketika. Hatinya terkejut sebab sejak berpuluh tahun menjual tempe, tidak pernah seorang pun pelanggannya mencari tempe yang belum menjadi. Sebelum dia menjawab sapaan wanita di depannya itu, cepat-cepat dia berdoa di dalam hatinya”Ya Allah, saat ini aku tidak mahu tempe ini menjadi lagi. Biarlah tempe ini seperti semula, Amin”.
Sebelum dia menjawab pertanyaan wanita itu, dia membuka sedikit daun penutup tempenya. Alangkah senangnya dia, ternyata memang benar tempenya masih setengah jadi! Dia pun rasa gembira dalam hatinya dan bersyukur pada Allah. Wanita itu pun memborong habis kesemua tempenya yang setengah jadi itu. Sebelum wanita tu pergi, dia sempat bertanya wanita itu, “Mengapa hendak membeli tempe yang belum jadi?” Wanita itu menerangkan bahawa anaknya yang kini berada di Inggris ingin makan tempe dari desa. Melihat tempe itu akan dikirimkan ke Inggris, si ibu tadi harus membeli tempe yang setengah jadi supaya apabila sampai di Inggris nanti akan menjadi tempe yang jadi dan sempurna. Kalau dikirimkan tempe yang sudah jadi, nanti di sana tempe itu sudah tidak baik lagi dan rasanya pun kurang sedap.
Perempuan tua itu pun keheranan dan berfikir rupa-rupanya inti doanya akan hajat rezeki dimakbulkan oleh Tuhan, walaupun bentuk fisiknya tidak sesuai dengan keinginannya.
Sering kali manusia menempatkan Allah sebagai objek yang dapat di suruh-suruh mengabulkan doa. Jika kasusnya seperti ini, maka siapa yang penguasa, siapa yang hamba ? Bukankah posisinya jadi terbalik ? Dalam cerita ini Allah mendidik si tukang tempe bahwa Allah bukan objek dari doa. Allah bukanlah Dzat yang bisa diperintahkan / dipaksa untuk mengabulkan doa hamba-Nya yang lemah.Dengan kemaha-tahuannya, Allah memberikan yang lebih baik dari perkiraan sang hamba, sesuai denga rancangan-Nya.
Janganlah berputus asa terhadap Allah yang rezekimu ada di tangan-Nya. Penuhi hak-hak Allah darimu dengan berusaha dan berdoa, selebihnya, biarlah Allah yang memilihkan yang terbaik untukmu.
Barangkali saja doa kita kepada yang serba maha belumlah doa yang sopan dan belum memenuhi adab yang sepantasnya.
Wahb bin Munabbih berkata : Saya telah membaca dalam kitab-kitab Allah yang dahulu. Firman Allah :Hai anak adam, taatilah perintah-Ku dan jangan engkau memberitahuku apa kebutuhan yang baik bagimu (Jangan engkau mengajari Ku apa yang terbaik bagimu). Sesungguhnya Aku telah mengetahui kepentingan hamba-Ku. Aku memuliakan siapa yang patuh kepada perintah-Ku, dan menghina siapa saja yang meremehkan-ku. Aku tidak menghiraukan kepentingan hamba-Ku, sehingga hamba-Ku memperhatikan hak-Ku (yakni kewajiban terhadap Aku).
Sungguh, hikmah dari Allah terserak di mana-mana, bahkan penjual tempe mendapatkannya.

ANAK ANDA ADALAH CERMIN DIRI ANDA

Kita Mengetahui bahwa ketika lahir manusia sangat tergantung kepada orang lain, terutama orangtua, dan lebih khusus lagi kepada ibu. Di masa anak-anakpun ketergantungan itu masih sangat tampak. Karena ketergantungan itu, maka penting sekali peranan orangtua terhadap perkembangan kepribadian anak. Para pakar psikologi sejak lama mengatakan bahwa pengaruh orangtua dan lingkungan masa kanak-kanak tidak berhenti di masa kanak-kanak saja, melainkan terus berlangsung terus, kadang-kadang sampai seumur hidup. Tak jarang pengaruh pengalaman masa kanak-kanak itu tidak disadari oleh orang yang bersangkutan, karena tersimpan dalam alam ketidaksadarannya (alam bawah sadar). Tetapi kemudian hal itu muncul dalam tingkah laku yang tidak wajar dan yang tidak dimengerti oleh pelakunya sendiri.

Para ahli juga mengatakan bahwa dalam perkembangan kepribadiannya, seorang anak selalu membutuhkan tokoh identifikasi. Identifikasi berarti dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan orang yang ditokohkan. Biasanya diawal masa kanak-kanak, tokoh yang ingin di samai adalah ayah dan ibunya. Dalam proses identifikasi itu, anak meniru sikap-sikap, norma-norma, nilai-nilai kebiasaan-kebiasaan, gerak-gerik dan sebagainya dari tokoh identifikasi. Bukan hanya secara lahiriah, secara batinpun anak ingin menjadi identik dengan orang yang ditokohkannya.

Sejalan dengan bertambahnya usia anak, lingkungan kehidupan juga bertambah luas. Dari hari ke hari, minggu ke minggu, bulan ke bulan, dan seterusnya, semakin banyak orang yang ditemui oleh anak dan yang berintaraksi dengannya. Sehingga, akan sangat mungkin di masa-masa berikutnya anak akan menjadikan orang-orang dewasa lain sebagai tokoh identifikasinya. Bisa saja guru-gurunya, orang tua temannya, pamannya atau bahkan tokoh-tokoh yang disaksikannya di media massa, seperti televisi, game-game playstation, game online, internet, dan lain-lain.

Seandainya sikap, tingkah laku dan pandangan orang yang diidolakan oleh anak baik dan sejalan dengan ajaran agama dan akhlak yang luhur, tentu tak ada masalah. Tetapi apabila tidak demikian, maka persoalannya tidak akan sederhana. Jika anak Anda telah mengidolakan orang-orang yang tak patut dijadikan teladan, maka bersiap-siaplah Anda untuk meratapi nasib buruk anda di kemudian hari.

Karenanya, tidak ada pilihan lain selain kita menyiapkan diri kita untuk menjadi orangtua dalam arti yang sebenarnya, yang patut dijadikan teladan, yang pantas dibuat cerminan. Sejak lama orang percaya dan memang terlihat dalam kehidupan nyata bahwa pendidikan dengan memberikan keteladanan adalah suatu bentuk pendidikan terpenting, apalagi di masa kanak-kanak. Yakinlah bahwa anak-anak kita akan lebih terpengaruh oleh apa yang kita lakukan dari pada apa yang kita katakan.

Selain kita terus mengupayakan agar dapat meningkatkan kualitas kita sebagai orang yang layak dijadikan panutan, kitapun sejak dini dapat dan mesti mengenalkan kepada anak tokoh-tokoh dalam Islam sebagai panutan mereka. ALangkah pantasnya bila sejak dini kita mengenalkan kehidupan Rasulullah, keluarganya, para sahabatnya, dan tokoh-tokoh Islam lainnya dengan cara yang menarik perhatian mereka dan berbekas secara mendalam di dalam hati mereka.

Kalau anda ingin mengetahui apakah seseorang itu sukses atau tidak dalam kehidupan dalam arti yang sesungguhnya, lihatlah anak-anaknya. Apakah mereka itu berakhlak baik atau tidak, menjalankan ajaran agama atau tidak. Dengan mengetahui anak-anaknya, anda akan dapat menyimpulkan bahwa orangtuanya itu orangtua yang berhasil seingga patut berbahagia dan tersenyum gembira ataukah ia orang yang sengsara yang lebih pantas untuk meratapi nasibnya yang merana. Begitu pun Anda, Kalau Anda ingin tahu siapa Anda yang Sesungguhnya, tengoklah anak-anak Anda. Mereka adalah cermin diri Anda.

By. Drs, Psi Ali Yahya dalam Pengantar Melahirkan Anak MasyaAllah

MENGINGATKAN SUAMI YANG SALAH

“Abi ini gimana sih?! Kan ummi sudah bilang, kacamata renang itu mau ummi pakai hari ini?! Kenapa abi tidak mengembalikan ke tas ummi lagi?!”

Telepon dengan nada tinggi itu membuat saya dan dua orang teman saya yang baru datang di kolam renang bengong. Aseli kaget.

“Ya sudah, ummi nggak usah renang saja!!” Klik, telepon diputus, lalu dilempar ke dalam tas. Lagi-lagi kami berpandangan. Untuk sesaat lamanya saya terdiam, seolah ada godam dihantamkan ke kepala saya, membuat saya tersadar akan sesuatu: suamiku di kantor pagi ini, apakah aku sudah menjadi istri yang baik untuknya?

Ribut istri versus suami dalam sebuah rumah tangga adalah sesuatu yang lumrah, wajar. Perbedaan pendapat, perbedaan keinginan, sering menjadi pemicu bentrok. Itu bumbu pernikahan. Kalau adem ayem terus, mana seru?

Tapi, yang harus diingat adalah bagaimana kedudukan seorang istri terhadap suaminya. Layakkah seorang istri membentak-bentak suaminya? Terlebih jika itu hanya untuk urusan sepele; kacamata renang, kaus kaki yang dilempar sembarangan, buku yang tidak dikembalikan ke tempat semula, baju kotor yang disimpan di lemari, dsb. Layakkah? Apalagi jika membentaknya di depan umum, didengar dan dilihat orang lain. Itu namanya menjatuhkan martabat suami.

Jika ingin mengingatkan, bukankah bisa menggunakan kata-kata yang lebih bijak dan enak di dengar? Suami tentu akan merasa sangat dihormati.Dan perlahan-lahan, ia akan mulai mengubah dirinya. Cara kasar akan membuat laki-laki merasa jenuh, lambat laun ia akan merasa tidak berharga jika istrinya sering memberlakukannya dengan seenak hati. Jangan salahkan kalau tiba-tiba laki-laki memilih pergi dan mencari wanita lain.

Gunakan sindiran halus. Misalnya, suami Anda sangat pelupa. Ia selalu lupa menaruh kunci motor, atau lupa menyimpan sepatunya di tempat yang benar. Tidak mengapa Anda mengingatkannya dengan sindiran halus, yang tidak membuatnya merasa tersinggung atau Anda melecehkannya.

Tulis di buku harian Anda berdua. Jika Anda sering menggunakan buku komunikasi suami-istri dalam rumah tangga Anda, tuliskan saja apa yang Anda inginkan dari suami Anda. Misalnya, Anda ingin suami Anda lebih teliti dan lebih disiplin lagi masalah kebersihan, itu bisa membuat suami Anda merasa lebih nyaman.

Nah, bagaimana menurut Anda? Siap menjadi istri yang baik?

hinaan membawa berkah

Suatu hari, anak muda ini mengantar penuh muatan berisi puluhan buku ke kantor berlantai 7 di suatu perguruan tinggi ; ketika dia memanggul buku-buku tersebut menunggu di lift, seorang satpam yang berusia 50-an menghampirinya dan berkata : “Lift ini untuk profesor dan dosen, lainnya tidak diperkenankan memakai lift ini, kau harus lewat tangga!”

Anak muda memberian penjelasan pada satpam itu :

“Saya hanya ingin mengantar buku semobil ini ke kantor lantai 7, ini kan buku pesanan kampus ini !”

Namun, dengan beringas satpam itu berkata :

“Saya bilang tidak boleh ya tidak boleh, kau bukan profesor atau pun dosen, tidak boleh menggunakan lift ini!

Kedua orang itu berdebat cukup lama di depan pintu lift, tapi, satpam tetap bersikeras tidak mau mengalah. Dalam benak anak muda itu berpikir, jika hendak mengangkut habis buku semobil penuh ini, paling tidak harus bolak-balik 20 kali lebih ke lantai 7, ini akan sangat melelahkan!

Kemudian, anak muda itu tidak dapat menahan lagi satpam yang menyusahkan ini, lantas begitu pikirannya terlintas, ia memindahkan tumpukan buku-buku itu ke sudut aula, kemudian pergi begitu saja.

Setelah itu, anak muda menjelaskan peristiwa yang dialaminya kepada bos, dan bos bisa memakluminya,sekaligus juga mengajukan surat pengunduran diri pada bosnya, dan segera setelah itu ia pergi ke toko buku membeli bahan pelajaran sekolah SMU dan buku referensi, sambil meneteskan air mata ia bersumpah, saya harus bekerja keras, harus bisa lulus masuk ke perguruan tinggi, saya tidak akan membiarkan dilecehkan orang lagi.

Selama 6 bulan menjelang ujian, anak muda ini belajar selama 14 jam setiap hari, sebab ia sadar, waktunya sudah tidak banyak, ia tidak bisa lagi mundur, saat ia bermalas-malasan, dalam benaknya selalu terbayang akan hinaan security yang tidak mngizinkannya memakai lift, membayangkan diskriminasi ini, ia segera memacu semangatnya, dan melipatkan gandakan kerja kerasnya.

Belakangan, anak muda ini akhirnya berhasil lulus masuk ke salah satu lembaga ilmu kedokteran. Dan kini, selama 20 tahun lebih telah berlalu, sang anak muda akhirnya berhasil menjadi seorang dokter klinik.

Sang dokter merenung sejenak, ketika itu, jika bukan karena security yang sengaja mempersulitya, bagaimana mungkin ia menyeka air matanya dari hinaan itu, dan berdiri dengan berani ?

Dia telah berhutang budi pada security yang menghinanya !

SUMBER : PMI

UCAPAN SELAMAT ATAS LAHIRNYA BAYI

Sering bingung mau mengucapkan apa ketika mendengar ada ikhwah yang baru mendapatkan bayi? Saya juga. Maunya sih mengucapkan doa tertentu, tapi tidak tahu ada atau tidaknya dalil syar’i dalam perkara ini. Terkadang hanya mengucapkan doa umum, “Selamat ya, barakallahu fiikum”. Tapi sekarang alhamdulillah, sudah ketemu atsar dari salaf, bagaimana ucapan selamat mereka kepada orang tua yang baru dianugerahi bayi oleh Allah ta’ala.

Di dalam buku Menyambut si Buah Hati yang ditulis oleh Salim Rasyid As-Sibli dan Muhammad Khalifah (terbitan Ash-Shaf Media, halaman 30-31), penulis buku tersebut mengatakan,

“Tidak terdapat satu hadits pun dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang ucapan selamat, dan tidak ada sesuatu pun kecuali atsar yang diriwayatkan dari para tabi’in. Di antaranya:

Dari Hasan Al-Bashri rahimahullah, bahwasanya ada seseorang yang bertanya kepadanya, “Bagaimana cara saya mengucapkan ucapan selamat (kelahiran)?” Beliau menjawab, “Ucapkanlah olehmu,

جَعَلَ اللهُ مُبَارَكًا عَلَيْكَ وَ عَلَى أُمَّةِ مُحَمَّدٍ

“Ja’alallahu mubaarokan ‘alaika wa ‘ala ummati Muhammadin”

Artinya, “Semoga Allah menjadikannya anak yang diberkahi atasmu dan atas umat Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam”

(Atsar ini hasan, dikeluarkan oleh Imam Thabrani).” >>nukilan sampai di sini.

Sebenarnya masih ada atsar lain dari Ayyub As-Sikhtiyani, namun karena lafazhnya sama, kita cukupkan dengan atsar Hasan Al-Bashri. Untuk melihat atsar tersebut serta takhrij atsar yang lebih komplit bisa dilihat di buku terjemahannya.

Kemudian, penulis juga berkata,

“Atsar-atsar seperti ini jauh lebih baik daripada apa yang kami lihat berupa ucapan yang diada-adakan yang bisa digunakan pada hari ini. Dan tidak seorang pun di antara ahlul ilmi yang memperbolehkannya. Akan tetapi bersamaan dengan itu kami tidak melazimkan (membiasakan) memberi ucapan selamat seperti di atas, layaknya amalan itu disebutkan oleh sebuah hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Tidak juga kami menjadikannya seperti dzikir-dzikir yang lain yang telah pasti di dalam as-sunnah. Maka barangsiapa yang mengucapkannya pada suatu kali, tidak mengapa. Adapun yang tidak mengucapkannya maka tidak ada ruginya.” >> Sampai di sini nukilan dari buku tersebut.

BosanHidup

Bosan Hidup

Seorang pria setengah baya mendatangi seorang guru ngaji, “Ustad, saya sudah bosan hidup. Sudah jenuh betul. Rumah tangga saya berantakan. Usaha saya kacau. Apapun yang saya lakukan selalu berantakan. Saya ingin mati.”
Sang Ustad pun tersenyum, “Oh, kamu sakit.”
“Tidak Ustad, saya tidak sakit. Saya sehat. Hanya jenuh dengan kehidupan. Itu sebabnya saya ingin mati.”
Seolah-olah tidak mendengar pembelaannya, sang Ustad meneruskan, “Kamu sakit. Dan penyakitmu itu sebutannya, ‘Alergi Hidup’. Ya, kamu alergi terhadap kehidupan.”
Banyak sekali di antara kita yang alergi terhadap kehidupan. Kemudian, tanpa disadari kita melakukan hal-hal yang bertentangan dengan norma kehidupan. Hidup ini berjalan terus. Sungai kehidupan mengalir terus, tetapi kita menginginkan status-quo. Kita berhenti di tempat, kita tidak ikut mengalir. Itu sebabnya kita jatuh sakit. Kita mengundang penyakit. Resistensi kita, penolakan kita untuk ikut mengalir bersama kehidupan membuat kita sakit. Yang namanya usaha, pasti ada pasang-surutnya. Dalam hal berumah-tangga,bentrokan-bentrokan kecil itu memang wajar, lumrah. Persahabatan pun tidak selalu langgeng, tidak abadi. Apa sih yang langgeng, yang abadi dalam hidup ini? Kita tidak menyadari sifat kehidupan. Kita ingin mempertahankan suatu keadaan. Kemudian kita gagal, kecewa dan menderita.
“Penyakitmu itu bisa disembuhkan, asal kamu ingin sembuh dan bersedia mengikuti petunjukku.” demikian ujar sang Ustad.
“Tidak Ustad, tidak. Saya sudah betul-betul jenuh. Tidak, saya tidak ingin hidup.” pria itu menolak tawaran sang Ustad.
“Jadi kamu tidak ingin sembuh. Kamu betul-betul ingin mati?”
“Ya, memang saya sudah bosan hidup.”
“Baik, besok sore kamu akan mati. Ambillah botol obat ini. Setengah botol diminum malam ini, setengah botol lagi besok sore jam enam, dan jam delapan malam kau akan mati dengan tenang.”
Giliran dia menjadi bingung. Setiap Ustad yang ia datangi selama ini selalu berupaya untuk memberikannya semangat untuk hidup. Yang satu ini aneh. Ia bahkan menawarkan racun. Tetapi, karena ia memang sudah betul-betul jenuh, ia menerimanya dengan senang hati.
Pulang kerumah, ia langsung menghabiskan setengah botol racun yang disebut “obat” oleh Ustad edan itu. Dan, ia merasakan ketenangan sebagaimana tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Begitu rileks, begitu santai! Tinggal 1 malam, 1 hari, dan ia akan mati. Ia akan terbebaskan dari segala macam masalah.
Malam itu, ia memutuskan untuk makan malam bersama keluarga di restoran masakan Jepang. Sesuatu yang sudah tidak pernah ia lakukan selama beberapa tahun terakhir. Pikir-pikir malam terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis. Sambil makan, ia bersenda gurau. Suasananya santai banget! Sebelum tidur, ia mencium bibir istrinya dan membisiki di kupingnya, “Sayang, aku mencintaimu.” Karena malam itu adalah malam terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis!
Esoknya bangun tidur, ia membuka jendela kamar dan melihat ke luar. Tiupan angin pagi menyegarkan tubuhnya. Dan ia tergoda untuk melakukan jalan pagi. Pulang kerumah setengah jam kemudian, ia menemukan istrinya masih tertidur. Tanpa membangunkannya, ia masuk dapur dan membuat 2 cangkir kopi. Satu untuk dirinya, satu lagi untuk istrinya. Karena pagi itu adalah pagi terakhir,ia ingin meninggalkan kenangan manis! Sang istripun merasa aneh sekali, “Mas, apa yang terjadi hari ini? Selama ini, mungkin aku salah. Maafkan aku, mas.”
Di kantor, ia menyapa setiap orang, bersalaman dengan setiap orang. Stafnya pun bingung, “Hari ini, Bos kita kok aneh ya?”
Dan sikap mereka pun langsung berubah. Mereka pun menjadi lembut. Karena siang itu adalah siang terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis! Tiba-tiba, segala sesuatu di sekitarnya berubah. Ia menjadi ramah dan lebih toleran, bahkan apresiatif terhadap pendapat-pendapat yang berbeda. Tiba-tiba hidup menjadi indah. Ia mulai menikmatinya.
Pulang kerumah jam 5 sore, ia menemukan istri tercinta menungguinya di beranda depan. Kali ini justru sang istri yang memberikan ciuman kepadanya, “Mas, sekali lagi aku minta maaf, kalau selama ini aku selalu merepotkan kamu.” Anak-anak pun tidak ingin ketinggalan, “Ayah, maafkan kami semua. Selama ini, ayah selalu stres karena perilaku kami semua.”
Tiba-tiba, sungai kehidupannya mengalir kembali. Tiba-tiba, hidup menjadi sangat indah. Ia membatalkan niatnya untuk bunuh diri. Tetapi bagaimana dengan setengah botol yang sudah ia minum, sore sebelumnya?
” Ya Allah, apakah maut akan datang kepadaku. Tundalah kematian itu ya Allah. Aku takut sekali jika aku harus meninggalkan dunia ini ”.
Ia pun buru-buru mendatangi sang Ustad yang telah memberi racun kepadanya. Sesampainya dirumah ustad tersebut, pria itu langsung mengatakan bahwa ia akan membatalkan kematiannya. Karena ia takut sekali jika ia harus kembali kehilangan semua hal yang telah membuat dia menjadi hidup kembali.
Melihat wajah pria itu, rupanya sang Ustad langsung mengetahui apa yang telah terjadi, sang ustad pun berkata “Buang saja botol itu. Isinya air biasa. Kau sudah sembuh, Apa bila kau hidup dalam kekinian, apabila kau hidup dengan kesadaran bahwa maut dapat menjemputmu kapan saja, maka kau akan menikmati setiap detik kehidupan. Leburkan egomu, keangkuhanmu, kesombonganmu. Jadilah lembut, selembut air. Dan mengalirlah bersama sungai kehidupan. Kau tidak akan jenuh, tidak akan bosan. Kau akan merasa hidup. Itulah rahasia kehidupan. Itulah kunci kebahagiaan. Itulah jalan menuju ketenangan.”
Pria itu mengucapkan terima kasih dan menyalami Sang Ustad, lalu pulang ke rumah, untuk mengulangi pengalaman malam sebelumnya. Ah, indahnya dunia ini……

sumber : Sigit setiawan.wordpress.com

Ciri-ciri suami dambaan para istri

Suami, kadang-kadang isteri menganggap bahwa suami dia tidak seperti ketika masa pacaran dulu atau merasa sang suami terlalu sibuk bekerja hingga sang isteri merindukan hal-hal romantis bersama dengan suami tercinta. Atau ada yang merasa bahwa suami tidak perhatian, egois, dan sebagainya. Dan berikut ini beberapa ciri-ciri suami dambaan para wanita, atau yang sedang mencari suami idaman.

1. Setia Mendengar
Punya telinga tapi tak mendengar, kadang-kadang untuk mendengarkan itu susah. Tetapi seorang isteri akan lebih suka jika memiliki suami yang mau mendengar cerita atau keluhan atau obrolan dari sang isteri. Bagi suami kadang-kadang untuk mendengarkan perkataan isteri sering dianggap tidak penting tetapi yang diinginkan oleh sang isteri hanyalah perkataan dia di dengar dan difahami saja.

2. Menghargai
Semua manusia tentu ingin dihargai, termasuk juga isteri. Seorang suami yang selalu menghargai isteri baik dalam sikap maupun perkataan tentu akan selalu dirindukan oleh seorang isteri. Penghargaan yang diharapkan oleh isteri bukanlah mahal atau besar, awali dengan perbuatan-perbuatan kecil/sepele seperti memberikan pujian jika sang istri memasak atau memberi ciuman selamat pagi.

3. Tidak Suka Menyalahkan
Seorang isteri juga manusia yang tak luput dari kesalahan, ketika sang isteri berbuat kesalahan, sang suami sebaiknya menegur dengan sikap yang cerdas, tidak dengan kasar atau menyalahkan hingga keluar emosi yang berlebihan. Daripada marah-marah kepada isteri sebaiknya menanyakan/meminta penjelasan dari sang isteri kenapa berbuat itu dan memberi nasihat agar tidak terulang lagi.

4. Bisa menerima pendapat isteri
Suami sebagai kepala keluarga, sebaiknya tidak bersikap otoriter tetapi sebaliknya suami dapat mendengar dan menerima pendapat dari isteri jika pendapat itu memang merupakan keputusan yang terbaik. Suami isteri perlu memutuskan suatu keputusan secara bersama-sama tidak sepihak dan sang isteri harus memahami apa-apa yang diputuskan oleh suami.

5. Sayang diri sendiri
Kalau suami menyayangi isteri dan keluarga, tentu isteri juga ingin agar sang suami juga menyayangi diri sendiri. Seperti menjaga kesehatan, pola makan, tidur yang cukup, dan tidak merokok.

6. Pulang dengan senyuman
Tekanan di tempat kerja tidak membuat sang suami membawa perasaan itu didalam rumah, kerja yang membuat stress atau meletihkan tetapi ketika sampai di rumah semuanya dihiasai dengan senyuman, sehingga isteri tidak menjadi sedih atau salah bersikap.
Jika ada masalah di tempat kerja, suami bisa berbagi cerita kepada isteri dan isteri pun bisa menjadi motivasi atau memberi sokongan kepada suami yang sedang menghadapi masalah.

7. Romantis
Isteri mana yang tidak bahagia memiliki suami yang penuh kasih sayang , perhatian dan romatis. Memang agak susah mengharapkan suami menunjukkan rasa sayang dan cinta kepada isteri setiap hari. Tetapi suami bisa melakukannya pada saat tertentu, misal hari jadi pernikahan, atau hari ulang tahun isteri. Sesekali suami mengajak isteri untuk berduaan seperti ketika waktu pacaran.

8. Membantu urusan rumah tangga dan anak
Inilah suami idaman yang dinantikan oleh para isteri, yaitu suami yang mau membantu dan melakukan kerja rumah tangga. Disela-sela kesibukan mencari nafkah, suami masih ’sempat’ meluangkan waktu untuk membantu isteri dan anak.

9. Senantiasa menambah ilmu rumah tangga
Biasanya sang isteri yang mencari informasi berkenaan dengan rumah tangga, tetapi alangkah baiknya kalau sang suami juga mencari informasi/ilmu mengenai rumah tangga.

Siapakah Idola / Kekasih Kita.?

BISMILLAHIR ROHMANIR ROHIM..

Assalamu 'Alaikum Warohmatulloh....

Allohumma Sholli 'Ala Sayyidina Muhammad Wa'ala Alihi Washohbihi Wabarik Wasallim Ajma'in..

saudaraku semua teruslah gema dan gaungkan sholawat kita kepada habibana Muhammad Shollallohu 'Alaihi Wasallam, sebagai salah satu tanda cinta kita kepadanya.
sebab kecintaan kita kepadanya Insya Alloh akan membuat kita bisa berkumpul bersama dengannya...

Ingatlah akan sebuah riwayat ini :

حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ عَنْ ثَابِتٍ عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ السَّاعَةِ فَقَالَ مَتَى السَّاعَةُ قَالَ وَمَاذَا أَعْدَدْتَ لَهَا قَالَ لَا شَيْءَ إِلَّا أَنِّي أُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ قَالَ أَنَسٌ فَمَا فَرِحْنَا بِشَيْءٍ فَرَحَنَا بِقَوْلِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ قَالَ أَنَسٌ فَأَنَا أُحِبُّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ مَعَهُمْ بِحُبِّي إِيَّاهُمْ وَإِنْ لَمْ أَعْمَلْ بِمِثْلِ أَعْمَالِهِمْ

Artinya : Telah bercerita kepada kami [Sulaiman bin Harb] telah bercerita kepada kami [Hammad bin Zaid] dari [Tsabit] dari [Anas Rodliallohu 'anhu] bahwa ada seseorang yang bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tentang hari qiyamat. Katanya; "Kapan terjadinya hari qiyamat?". Beliau balik bertanya kepada orang itu; "Apa yang telah kami siapkan untuk menghadapinya?". Orang itu menjawab; "Tidak ada. Kecuali, aku mencintai Alloh dan Rosul-Nya shollallohu 'Alaihi Wasallam". Maka beliau berkata: "Kamu akan bersama orang yang kamu cintai". Anas berkata; "Kami belum pernah bergembira atas sesuatu seperti gembiranya kami dengan sabda Nabi Shollallohu 'Alaihi Wasallam, yaitu: "Kamu akan bersama orang yang kamu cintai". Selanjutnya Anas berkata; "Maka aku mencintai Nabi Shollallohu 'Alaihi Wasallam, Abu Bakr, 'Umar dan aku berharap dapat berkumpul bersama mereka disebabkan kecintaanku kepada mereka sekalipun aku tidak memiliki amal seperti amal. mereka".

Apabila ada salah saya mohon diluruskan..http://www.facebook.com/profile.php?id=100000460265259

Tidak Jadi Mencuri Terung, lalu Allah Karuniakan Untuknya Seorang Isteri

Di Damaskus, ada sebuah mesjid besar, namanya mesjid Jami' At-Taubah. Dia adalah sebuah masjid yang penuh keberkahan. Di dalamnya ada ketenangan dan keindahan. Sejak tujuh puluh tahun, di masjid itu ada seorang syaikh pendidik yang alim dan mengamalkan ilmunya. Dia sangat fakir sehingga menjadi contoh dalam kefakirannya, dalam menahan diri dari meminta, dalam kemuliaan jiwanya dan dalam berkhidmat untuk kepentingan orang lain.
Saat itu ada pemuda yang bertempat di sebuah kamar dalam masjid. Sudah dua hari berlalu tanpa ada makanan yang dapat dimakannya. Dia tidak mempunyai makanana ataupun uang untuk membeli makanan. Saat datang hari ketiga dia merasa bahwa dia akan mati, lalu dia berfikir tentang apa yang akan dilakukan. Menurutnya, saat ini dia telah sampai pada kondisi terpaksa yang membolehkannya memakan bangkai atau mencuri sekadar untuk bisa menegakkan tulang punggungnya. Itulah pendapatnya pada kondisi semacam ini.

Masjid tempat dia tinggal itu, atapnya bersambung dengan atap beberapa rumah yang ada disampingnya. Hal ini memungkinkan sesorang pindah dari rumah pertama sampai terakhir dengan berjalan diatas atap rumah-rumah tersebut. Maka, dia pun naik ke atas atap masjid dan dari situ dia pindah kerumah sebelah. Di situ dia melihat orang-orang wanita, maka dia memalingkan pandangannya dan menjauh dari rumah itu. Lalu dia lihat rumah yang di sebelahnya lagi. Keadaannya sedang sepi dan dia mencium ada bau masakan berasal dari rumah itu. Rasa laparnya bangkit, seolah-olah bau masakan tersebut magnet yang menariknya.

Rumah-rumah dimasa itu banyak dibangun dengan satu lantai, maka dia melompat dari atap ke dalam serambi. Dalam sekejap dia sudah berada di dalam rumah dan dengan cepat dia masuk ke dapur lalu mengangkat tutup panci yang ada disitu. Dilihatnya sebuah terong besar dan sudah dimasak. Lalu dia ambil satu, karena rasa laparnya dia tidak lagi merasakan panasnya, digigitlah terong yang ada ditangannya dan saat itu dia mengunyah dan hendak menelannya, dia ingat dan timbul lagi kesadaran beragamanya. Langsung dia berkata, 'A'udzu billah! Aku adalah penuntut ilmu dan tinggal di mesjid , pantaskah aku masuk kerumah orang dan mencuri barang yang ada di dalamnya?' Dia merasa bahwa ini adalah kesalahn besar, lalu dia menyesal dan beristigfar kepada Allah, kemudian mengembalikan lagi terong yang ada ditangannya. Akhirnya dia pulang kembali ketempat semula. Lalu ia masuk kedalam masjid dan mendengarkan syaikh yang saat itu sedang mengajar. Karena terlalu lapar dia tidak dapat memahami apa yang dia dengar.

Ketika majlis itu selesai dan orang-orang sudah pulang, datanglah seorang perempuan yang menutup tubuhnya dengan hijab -saat itu memang tidak ada perempuan kecuali dia memakai hijab-, kemudian perempuan itu berbicara dengan syaikh. Sang pemuda tidak bisa mendengar apa yang sedang dibicarakannya. Akan tetapi, secara tiba-tiba syaikh itu melihat ke sekelilingnya. Tak tampak olehnya kecuali pemuda itu, dipanggilah ia dan syaikh itu bertanya, 'Apakah kamu sudah menikah?', dijawab, 'Belum,'. Syaikh itu bertanya lagi, 'Apakah kau ingin menikah?'. Pemuda itu diam. Syaikh mengulangi lagi pertanyaannya. Akhirnya pemuda itu angkat bicara, 'Ya Syaikh, demi Allah! Aku tidak punya uang untuk membeli roti, bagaimana aku akan menikah?'. Syaikh itu menjawab, 'Wanita ini datang membawa khabar, bahwa suaminya telah meninggal dan dia adalah orang asing di kota ini. Di sini bahkan di dunia ini dia tidak mempunyai siapa-siapa kecuali seorang paman yang sudah tua dan miskin', kata syaikh itu sambil menunjuk seorang laki-laki yang duduk di pojokkan. Syaikh itu melanjutkan pembicaraannya, 'Dan wanita ini telah mewarisi rumah suaminya dan hasil penghidupannya. Sekarang, dia ingin seorang laki-laki yang mau menikahinya, agar dia tidak sendirian dan mungkin diganggu orang. Maukah kau menikah dengannya? Pemuda itu menjawab 'Ya'. Kemudian Syaikh bertanya kepada wanita itu, 'Apakah engkau mau menerimanya sebagai suamimu?', ia menjawab 'Ya'. Maka Syaikh itu mendatangkan pamannya dan dua orang saksi kemudian melangsungkan akad nikah dan membayarkan mahar untuk muridnya itu. Kemudian syaikh itu berkata, 'peganglah tangan isterimu!' Dipeganglah tangan isterinya dan sang isteri membawanya kerumahnya. Setelah keduanya masuk kedalam rumah, sang isteri membuka kain yang menutupi wajahnya. Tampaklah oleh pemuda itu, bahwa dia adalah seorang wanita yang masih muda dan cantik. Rupanya pemuda itu sadar bahwa rumah itu adalah rumah yang tadi telah ia masuki.

Sang isteri bertanya, 'Kau ingin makan?' 'Ya' jawabnya. Lalu dia membuka tutup panci didapurnya. Saat melihat buah terong didalamnya dia berkata: 'heran siapa yang masuk kerumah dan menggigit terong ini?!'. Maka pemuda itu menangis dan menceritakan kisahnya. Isterinya berkomentar, 'Ini adalah buah dari sifat amanah, kau jaga kehormatanmu dan kau tinggalkan terong yang haram itu, lalu Allah berikan rumah ini semuanya berikut pemiliknya dalam keadaan halal. Barang siapa yang meninggalkan sesuatu ikhlas karena Allah, maka akan Allah ganti dengan yang lebih baik dari itu.

Diceritakan oleh : Syaikh Ali Ath-Thanthawi
Oleh :
Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia

Jujur Pada Pasangan ITU MUDAH

Saling Jujur dengan Pasangan, Tak Sulit
Kunci dari hubungan langgeng adalah kepercayaan. Namun, ketika sekali Anda atau pasangan berlaku tidak jujur, rasa percaya satu sama lain bisa luntur. Akibatnya, hubungan Anda berdua terancam berantakan.

Namun, jika hal itu sudah terjadi bukan berarti Anda berdua tak bisa lagi membangun kepercayaan. Untuk bisa saling jujur memang butuh kesabaran, usaha, dan waktu, tapi mudah, kok. Ini langkah-langkahnya:

Langkah 1
Putuskan bersama bahwa Anda dan pasangan ingin mempertahankan hubungan. Anda tidak bisa berharap untuk berhasil jika hanya salah satu dari Anda bersedia untuk mencoba. Apapun masalahnya, resolusi akan membutuhkan dedikasi dan upaya yang tulus dari Anda berdua.

Langkah 2
Terbuka dan jujur. Selalu jujur dengan pasangan adalah hal terbaik. Terkadang kebenaran memang menyakitkan, tapi bersembunyi di balik kebohongan hanya membuat masalah makin buruk. Jika pasangan berkata jujur, hargai usahanya. Anda akan memiliki kesempatan lebih baik untuk menyelamatkan hubungan jika Anda berdua bisa saling terbuka.

Langkah 3
Jaga komitmen Anda. Ini terutama penting jika terjadi pelanggaran kepercayaan di masa lalu. Anda harus melakukan segala upaya untuk menunjukkan pada pasangan bahwa dia tidak memiliki alasan untuk mengulang meragukan ketulusan Anda. Mulailah dengan menjaga perkataan Anda, dan menghujani pasangan dengan perhatian, seperti dikutip dari Fixrelationshipreports.com.

Langkah 4
Hindari melontarkan keluhan. Jika Anda berada di pihak yang dikhianati, wajar bila ingin melindungi perasaan. Namun, untuk sepenuhnya kembali membangun kepercayaan antara Anda dan pasangan, Anda harus belajar untuk melepaskan rasa sakit hati dan memaafkan kesalahannya.