Kita Mengetahui bahwa ketika lahir manusia sangat tergantung kepada orang lain, terutama orangtua, dan lebih khusus lagi kepada ibu. Di masa anak-anakpun ketergantungan itu masih sangat tampak. Karena ketergantungan itu, maka penting sekali peranan orangtua terhadap perkembangan kepribadian anak. Para pakar psikologi sejak lama mengatakan bahwa pengaruh orangtua dan lingkungan masa kanak-kanak tidak berhenti di masa kanak-kanak saja, melainkan terus berlangsung terus, kadang-kadang sampai seumur hidup. Tak jarang pengaruh pengalaman masa kanak-kanak itu tidak disadari oleh orang yang bersangkutan, karena tersimpan dalam alam ketidaksadarannya (alam bawah sadar). Tetapi kemudian hal itu muncul dalam tingkah laku yang tidak wajar dan yang tidak dimengerti oleh pelakunya sendiri.
Para ahli juga mengatakan bahwa dalam perkembangan kepribadiannya, seorang anak selalu membutuhkan tokoh identifikasi. Identifikasi berarti dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan orang yang ditokohkan. Biasanya diawal masa kanak-kanak, tokoh yang ingin di samai adalah ayah dan ibunya. Dalam proses identifikasi itu, anak meniru sikap-sikap, norma-norma, nilai-nilai kebiasaan-kebiasaan, gerak-gerik dan sebagainya dari tokoh identifikasi. Bukan hanya secara lahiriah, secara batinpun anak ingin menjadi identik dengan orang yang ditokohkannya.
Sejalan dengan bertambahnya usia anak, lingkungan kehidupan juga bertambah luas. Dari hari ke hari, minggu ke minggu, bulan ke bulan, dan seterusnya, semakin banyak orang yang ditemui oleh anak dan yang berintaraksi dengannya. Sehingga, akan sangat mungkin di masa-masa berikutnya anak akan menjadikan orang-orang dewasa lain sebagai tokoh identifikasinya. Bisa saja guru-gurunya, orang tua temannya, pamannya atau bahkan tokoh-tokoh yang disaksikannya di media massa, seperti televisi, game-game playstation, game online, internet, dan lain-lain.
Seandainya sikap, tingkah laku dan pandangan orang yang diidolakan oleh anak baik dan sejalan dengan ajaran agama dan akhlak yang luhur, tentu tak ada masalah. Tetapi apabila tidak demikian, maka persoalannya tidak akan sederhana. Jika anak Anda telah mengidolakan orang-orang yang tak patut dijadikan teladan, maka bersiap-siaplah Anda untuk meratapi nasib buruk anda di kemudian hari.
Karenanya, tidak ada pilihan lain selain kita menyiapkan diri kita untuk menjadi orangtua dalam arti yang sebenarnya, yang patut dijadikan teladan, yang pantas dibuat cerminan. Sejak lama orang percaya dan memang terlihat dalam kehidupan nyata bahwa pendidikan dengan memberikan keteladanan adalah suatu bentuk pendidikan terpenting, apalagi di masa kanak-kanak. Yakinlah bahwa anak-anak kita akan lebih terpengaruh oleh apa yang kita lakukan dari pada apa yang kita katakan.
Selain kita terus mengupayakan agar dapat meningkatkan kualitas kita sebagai orang yang layak dijadikan panutan, kitapun sejak dini dapat dan mesti mengenalkan kepada anak tokoh-tokoh dalam Islam sebagai panutan mereka. ALangkah pantasnya bila sejak dini kita mengenalkan kehidupan Rasulullah, keluarganya, para sahabatnya, dan tokoh-tokoh Islam lainnya dengan cara yang menarik perhatian mereka dan berbekas secara mendalam di dalam hati mereka.
Kalau anda ingin mengetahui apakah seseorang itu sukses atau tidak dalam kehidupan dalam arti yang sesungguhnya, lihatlah anak-anaknya. Apakah mereka itu berakhlak baik atau tidak, menjalankan ajaran agama atau tidak. Dengan mengetahui anak-anaknya, anda akan dapat menyimpulkan bahwa orangtuanya itu orangtua yang berhasil seingga patut berbahagia dan tersenyum gembira ataukah ia orang yang sengsara yang lebih pantas untuk meratapi nasibnya yang merana. Begitu pun Anda, Kalau Anda ingin tahu siapa Anda yang Sesungguhnya, tengoklah anak-anak Anda. Mereka adalah cermin diri Anda.
By. Drs, Psi Ali Yahya dalam Pengantar Melahirkan Anak MasyaAllah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar