Selain wajib menjalankan rukun Islam, kaum muslim juga dituntut untuk mengimani enam hal. Iman memiliki makna pengakuan atau pembenaran. Ini adalah konsekuen yang harus dijalani umat muslim. Apapun bentuknya keimanan wajib ditaati oleh umat Islam. Sumber keimanan adalah cinta, iman dan taqwa kepada dzat yang Maha Segalanya. Iman adalah kepercayaan (diyakini) di dalam hati, ditetapkn (diucapkan) dengan lidah, dan dilaksanakan dengan anggota badan (perbuatan). (HR. Imam Muslim)
Iman kepada Allah, adalah keimanan mutlak. Tanpa membenarkan keberadaan Allah yang Esa maka seseorang tidak dapat dikatakan sebagai muslim. Allah harus diyakini sebagai dzat yang memiliki kekuasaan yang tidak terbatas dan tidak boleh disekutukan dengan yang lain. Laaillaahaillaallah. Iman kepada Allah adalah meyakini bahwa satu-satunya Tuhan yang harus disembah hanyalah Allah saja. Memaknai iman kepada Allah secara benar akan menjadikan kita memiliki mental yang kokoh. Karena hanya Allahlah yang bisa memberikan itu kepada kita. (Malik Hasan, dkk). Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan,”Tuhan kami ialah Allah”, kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka. Maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan),”Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih. Dan gembiralah mereka dengan (memperoleh syurga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”. (Al Fushilat: 30)
Iman kepada malaikat-malaikat Allah. Umat Islam diwajibkan mempercayai malaikat sebagai makhluk Allah yang paling taat. Mereka menjalankan perintah Allah tanpa sedikitpun membantah. Malaikat yang diperintahkan Allah untuk bertasbih maka sepanjang hidupnya akan selalu bertasbih. Malaikat yang memiliki fungsi mencabut nyawa manusia maka selamanya hanya akan mencabut nyawa manusia. Tidak ada satu malaikatpun yang membangkang perintah Allah. Memaknai iman kepada malaikat dalam kehidupan kita menjadikan kita sebagai seorang manusia yang taat pada perintah Allah. Perintah yang baik akan menghasilkan sesuatu yang baik dan meninggalkan larangannya juga akan menghasilkan kebaikan pula. Penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (At Tahriim : 6)
Iman kepada Kitab-kitab Allah. Keyakinan kaum muslim terhadap kitab-kitab yang diturunkan Allah wajib dilakukan. Tentunya kepada kitab-kitab Allah yang asli, yang belum mengalami perubahan oleh tangan-tangan jahil manusia. Umat Islam selain harus mempercayai Al Qur’an juga wajib mempercayai Taurat, Zabur, Injil, dan kitab-kitab lain sebagai wahyu-wahyu Allah. Iman kepada kitab Allah memiliki makna belajar. Dengan kitab-kitab Allah (terutama Al Qur’an) manusia diwajibkan untuk belajar terhadap ciptaan Allah. Seperti halnya Al Qur’an yang merupakan ilmu tentang tanda, di dalamnya terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah yang harus ditafsirkan manusia. Sangat tepatlah Al Qur’an bagi orang-orang yang mau berpikir. ”Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Qur’an itu benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagimu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu”. (QS. Fushilat: 53)
Iman kepada Rasul-rasul Allah. Meyakini bahwa rasul-rasul Allah adalah manusia biasa yang diberi kelebihan dan kemulian oleh Allah. Tidak menganggap rasul sebagai orang jahat maupun mengkultuskannya sebagai Tuhan. Rasul adalah manusia biasa yang memiliki sifat-sifat manusiawi dengan diberi kelebihan menerima wahyu Allah. Sebagai umat Islam kita memiliki ribuan nabi dan rasul yang diturunkan kepada manusia, kemudian ditutup oleh seorang nabi sekaligus rasul sebagai penyempurna yaitu nabi Muhammad SAW. Dalam diri beliau banyak hal yang harus kita contoh misalnya kejujurannya, membalas dengan kebaikan terhadap orang yang menyakitinya, adil, terpercaya, dan sebagainya. Inti dari ajaran iman kepada rasul Allah adalah kepemimpinan.
Iman kepada hari Akhir. Hari kiamat wajib kita percayai akan terjadi meskipun idak ada seorang manusiapun yang mengetahui kapan datangnya. Bahkan rasul-rasul Allahpun tidak ada yang mengetahuinya. Meski begitu kita harus percaya bahwa semua itu akan terjadi. (Muhyidin Mitsu, 1998, terj.) Allah telah mengatur penciptaan alam semesta ini dengan teratur. Semuanya telah diskenario oleh Allah dengan sempurna. Semuanya akan bermuara pada hari akhir. Inilah janji Allah kepada hamba-Nya bila mereka beriman. Jadikanlah hari akhir sebagai visi hidup kita. Yakinlah bahwa bagimanapun juga Allahlah tempat kembali.
Percaya kepada Qadha dan Qadar. Apapun yang terjadi di dunia ini adalah ketentuan dari Allah. Tujuannya hanya diketahui Allah saja. Qadha dan Qadar bukanlah sesuatu pemaksaan yang dilakukan Allah terhadap manusia. Allah memiliki kehendak yang mutlak kepada manusia. Allah bebas menentukan warna kulit, bentuk rambut, tempat lahir, suku bangsa terhadap seorang manusia. Dalam hal ini manusia tidak memiliki kekuatan apapun kecuali untuk menerima ketentuan Allah. Meski demikian Allah juga memberi kebebasan kepada manusia untuk memilih. Allah memiliki hak menentukan kebaikan dan kejahatan dan manusia memiliki hak untuk menjadi orang baik atau jahat, memilih menjadi Islam atau kafir, memilih menjadi penjudi atau ustadz. Allah menentukan takdir setiap manusia berdasarkan niat mereka sendiri. Inilah yang disebut Qadha dan Qadar. Allah menginginkan manusia bebas berbuat berdasarkan kehendak mereka sendiri. Ketentuan Allah ini berdasarkan pilihan hambanya, karena Allah menggariskan ketentuan seseorang berdasarkan hasrat dan niat di dalam hatinya. (Mahmud, 2003). Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya (Asy Syam 8-10).
Inilah rukun Iman yang menjadi pilar utama Islam. Barang siapa yang mengakui maka akan selamat dan beruntung. Mereka yang mengingkarinya akan menjadi sesat dan merugi. Apakah ada agama-agama selain Islam yang memiliki pondasi dan pilar sekuat dan selengkap Islam. Maka nikmat Allah yang mana yang engkau dustakan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar